Kamu yang ingin bulan madu tidak perlu jauh-jauh ke laut negeri. Di Indonesia ada banyak tempat romantis yang bisa kamu jadikan sebagai tempat madu di dalam negeri tidak kalah seru dan romantisnya dengan bulan madu di luar negeri. Yang terpenting kamu bisa memilih tempat tujuan dengan view yang bisa membangun suasana romantis dengan ada banyak destinasi terbaik honeymoon di Indonesia, mulai dari ujung barat sampai timur Indonesia. Berikut ini adalah tempat yang paling recommended untuk honeymoon di Danau Toba, Sumatera UtaraRekomendasi pertama destinasi honeymoon di Indonesia adalah Danau Toba yang ada di Sumatera Utara. Danau Toba merupakan salah satu danau terbesar di Indonesia dengan pemandangan yang eksotis. Kamu bisa menginap di hotel yang ada di tepi danau toba untuk menikmati bulan itu, kamu juga bisa melakukan aktivitas romantis dengan pasangan seperti naik perahu menyusuri danau atau berwisata kuliner. Jangan lewatkan juga untuk mengunjungi air terjun Sipiso-piso dan Pulau Samosir yang ada di sekitar danau Pulau Bintan, RiauSumber Freepik_wirestockSalah satu tempat honeymoon terbaik di Indonesia adalah Pulau Bintan yang ada di Riau. Pulau ini mempunyai pantai pasir putih dengan air laut biru yang di pulau ini masih sepi karena pulau ini masih sangat jarang diketahui. Kamu yang ingin berbulan madu di tempat yang romantis dan tidak terlalu ramai bisa datang ke pulau ini. Kamu bisa menginap di tepi pantai menikmati sunset dan sunrise yang indah di Pulau Weh, AcehSumber Pixabay_ahmadsetyadiDestinasi honeymoon di Indonesia yang selanjutnya adalah Pulau Weh yang ada di ujung Indonesia. Pulau ini mempunyai pemandangan yang indah dan cocok untuk bulan madu. Lautnya yang jernih membuat kamu bisa langsung menyaksikan pemandangan bawah itu, ada banyak pilihan penginapan pinggir pantai yang menawarkan pemandangan yang indah. Di sini kamu juga bisa berenang dan melakukan Pulau Macan, JakartaIngin honeymoon yang tidak jauh dari Jakarta? Kamu bisa memilih Pulau Macan yang ada di Kepulauan Seribu untuk berbulan madu. Pulau ini termasuk salah satu destinasi honeymoon di Indonesia yang banyak aktivitas menarik yang bisa kamu lakukan selama bulan madu di sini, salah satunya bersantai di hammock. Selain itu, kamu juga bisa snorkeling untuk menikmati keindahan bawah laut pulau Lembang, BandungSumber Pixabay_ignartonosbgIngin honeymoon di tempat yang sejuk? Kota Lembang, Bandung bisa menjadi salah satu pilihan yang tepat. Kota yang ada di dataran tinggi Bandung ini menawarkan suasana yang sejuk dengan pemandangan yang Lembang ada banyak hotel dan villa yang menawarkan paket bulan madu yang menarik. Selain menikmati bulan madu di hotel, kamu juga bisa mengunjungi banyak tempat wisata menarik yang ada di kota Karimunjawa, JeparaDestinasi honeymoon di Indonesia yang tidak kalah indahnya dengan tempat sebelumnya adalah Karimunjawa yang ada di Jepara, Jawa Tengah. Kepulauan Karimunjawa mempunyai 27 gugusan pulau kecil yang mempunyai pemandangan yang indah. Karena keeksotisannya inilah pulau ini cocok untuk berbulan sini kamu bisa melakukan snorkeling maupun berjalan menyusuri pantai yang indah. Kamu juga bisa bersantai bersama pasangan di tepi pantai menikmati sunset dan Dieng, Jawa TengahSumber Pixabay_masfajarTempat honeymoon Pulau Jawa yang sedang hits saat ini adalah Dataran Tinggi Dieng. Dieng mempunyai pemandangan alam yang sangat menakjubkan. Di sini kau bisa camping dan mengunjungi banyak tempat bulan madumu lebih berkesan datanglah pada saat ada festival. Selain itu, kamu juga bisa datang pada saat musim panas, pada musim ini kamu bisa melihat secara langsung salju di Gunung Bromo, Jawa TimurSumber Freepik_tawatchai07Sedang cari tempat bulan madu romantis di Jawa Timur? Kamu bisa memilih Gunung Bromo. Gunung Bromo merupakan salah satu gunung tertinggi di Jawa dengan pemandangan yang di gunung ini sangat indah, kamu bisa naik jeep untuk menyusuri padang pasir yang ada di gunung ini. Selain itu, kamu juga bisa melakukan aktivitas mendaki di Ubud, BaliSumber Freepik_prostoolehBali menjadi salah satu pulau yang banyak diminati oleh pasangan untuk berbulan madu. Tempat honeymoon di Bali yang paling recommended adalah Ubud ada banyak tempat wisata alam yang menarik untuk kamu kunjungi bersama dengan pasangan. Kamu bisa menyusuri sawah berundak di Campuhan ataupun makan malam ala pedesaan di Gili Trawangan, LombokSumber Freepik_mrsirapholDestinasi honeymoon di Indonesia yang recommended selanjutnya adalah Gili Trawangan yang ada di Lombok. Di sini kamu bisa mencoba cidomo untuk berkeliling pulau. Selain itu, kamu juga bisa bersepeda bersama pasangan untuk menjelajahi pulau lebih romantis, kamu juga bisa makan seafood bersama di tepi pantai sambil menikmati pemandangan yang indah. Di sini kamu juga bisa belanja kain tenun asli khas Pulo Cinta, GorontaloTempat honeymoon di Indonesia yang bisa kamu pilih selanjutnya adalah Pulo Cinta yang ada di Gorontalo. Pulau ini sangat unik karena jika dilihat dari atas membentuk bisa bersantai sambil menikmati pemandangan bawah laut yang sempurna di depan resort langsung. Bahkan kamu juga bisa mencoba snorkeling untuk menikmati pemandangan bawah lautnya yang Raja Ampat, PapuaDestinasi honeymoon di Indonesia yang tidak kalah menariknya adalah Raja Ampat yang ada di Papua. Raja Ampat terkenal dengan pemandangan bawah lautnya yang sangat eksotis. Selain itu, tempat ini juga menawarkan pemandangan yang indah untuk dinikmati bersama di Raja Ampat akan sangat berkesan karena kamu bisa menginap di atas air. Selain itu, di sini juga ada banyak spot diving dan snorkeling dengan pemandangan alam yang Pulau Derawan, Kalimantan TimurRekomendasi destinasi honeymoon di Indonesia yang terakhir adalah Pulau Derawan yang ada di Kalimantan Timur. Pulau ini termasuk salah satu pulau yang masih jarang dikunjungi sehingga suasananya masih pulau ini kamu bisa menginap dan melakukan banyak aktivitas romantis. Selain itu, kamu juga bisa berenang bersama dengan ubur-ubur di lautnya. Di sekitar pulau ini juga ada penangkaran penyu yang bisa kamu destinasi honeymoon di Indonesia mana yang akan kamu pilih? Kemanapun tujuan bulan madu kamu, pastikan kamu pesan tiket pesawat dan booking hotel di Traveloka. Ada banyak penawaran menarik untuk kamu yang ingin kamu sudah download aplikasi Traveloka sebelum pergi liburan ataupun honeymoon. Dengan Traveloka perjalananmu akan lebih mudah dan Tiket Pesawat di Traveloka
CerpenBulan Madu Pengantin Baru. Sepasang pengantin baru, sedang melewati malam pertama. Mereka memutuskan bulan madu di rumah saja dari pada di hotel mewah. Sepasang pengantin baru, sedang melewati malam pertama. "sebaiknya untuk sementara kalian batasi dulu kegiatan seks kalian, tiga kali saja seminggu, apalagi sebentar lagi memasuki
Sebelum membaca cerpen saya yang satu ini saya mau bikin pendahulan dulu nih, hehe. Biasanya saya gak pernah memposting cerpen di blog. Pertama, soalnya koleksi cerpen saya emang sedikit. Kedua, udah mah dikit belum tentu bagus juga, wakwaw. Menulis fiksi sudah saya tekuni sejak dulu kala mungkin sejak SD atau SMP? Tapi penyakit saya dalam menulis fiksi adalah saya gak pernah menyelesaikannya sampai tuntas dan saya tidak pernah pede sama kualitas fiksi saya. FIksi itu lebih njelimet daripada tulisan nonfiksi menurut saya. Hyaeyalah biasanya kalau nulis nonfiksi ujung-ujungnya saya mah curhat. Saya juga sebenarnya lebih suka nulis cerpen anak. Tapi setelah dicoba menulis fiksi dewasa beberapa kali, eh nagih juga ya. Kali ini saya memberanikan diri mengirimkan cerpen ke lomba yang diadakan oleh PPI Bonn, Lomba Bulan Bahasa, September 2017 lalu. Iseng-iseng sih, dari dulu ikutan lomba cerpen mah gak pernah tembus. Bisa ngirim sebelum deadline aja udah alhamdulillah. Eh gak disangka Oktober lalu, cerpen yang saya kirimkan ternyata keluar jadi juara 1, hihiw.. Selain dapat Piagam, dapat juga uang jajan 50euro, lumayan buat jajan churros sama kibeling P. Selintas mengenai cerpen ini, mungkin idenya aja yang lagi cocok sama tema lombanya, tentang Mimpi Generasi Kami’. Ide awalnya dari Pak Suami, katanya tulis aja cerita yang dekat dengan kita. Setuju sih, kalau mau menulis dengan lancar dan baik, ya tulisnya sesuatu yang kita familiar kuasai atau kita sukai. Cerita ini terinspirasi dari sahabat kami, pasangan muda dinamis yang sudah beberapa tahun tinggal di Belanda. Tadinya mau merahasiakan nama, takut jadi tenar orangnya, haha.. Tapi ternyata yang bersangkutan malah gak keberatan juga udah tenar juga soalnya. Jadi ini cerpen courtesy of Kang Iging dan Teh Desti. Menurut saya pribadi, banyak diaspora yang mengalami kegalauan yang sama seperti yang tokoh rasakan, termasuk saya dan suami. Betapa kata kontribusi’ itu rasanya masih samar, apalagi untuk benar-benar dijalankan. Tapi tentu hanya diri kita dan Allah yang tahu kenapa sampai saat ini kami masih bermukim di benua biru, belum juga pulang tanah air. Semoga cerpen ini bisa menjadi inspirasi para diaspora di Eropa. Sekian, panjang beud curhatnya. — Pulang Monika Oktora Musim kini berlalu.. Berbagai cerita merayu Berpijak di malam yang bertalu.. Masihku memikirkan dirimu Kurasakan waktu berlalu tanpa senyummu Sepi yang tlah penuhi hariku – Hari ini sayang aku akan pulang Berlabuh di dekap cintamu Karna pelukmu akan selalu Membuat diriku jatuh cinta “Heeii.. heiii.. kerja apa ngelamun, Mas?” Fara melambai-lambaikan tangannya di depan wajah suaminya, “katanya mau lembur beresin kerjaan kantor, eh kok malah bengong depan laptop.” “Eh, apa, Say?” serta merta Gilang mencopot earphone yang sedari tadi melekat di telinganya. Fara mendengus, “Diiih.. makanya ngelamun jangan serius-serius amat dong, Mas.” “Maaf, maaf, Sayang.. Ini lagi terhanyut sama lagunya Andien yang Pulang, lagi diputer di radio. Habis tadi puyeng lihat proposal proyek baru tentang electricity storage yang harus beres direvisi akhir minggu ini.” Gilang menunjuk beberapa file yang terbuka dan menumpuk di lepan laptopnya. Kebiasaan Gilang saat otaknya sedang mumet memang menyetel streaming radio swasta Jakarta. Pukul sebelas malam di Belanda, artinya di Jakarta sudah menginjak jam empat pagi. Biasanya mulai tengah malam, saat penyiar radio sudah pamit siaran, akan banyak rentetan lagu random yang diputar terus-menerus sampai pagi. Kebanyakan bukan lagu-lagu baru, tapi lagu-lagu populer di tahun 90an atau 2000an. Lagu-lagu mellow yang mengingatkan Gilang akan masa-masa indahnya menjalani hidup saat jadi mahasiswa di Bandung dulu. Fara hanya mengangguk, “Tidur yuk! Damar udah bobo tuh dari tadi, nungguin papanya beres kerja.” “Yuk deh.” Gilang menutup laptopnya pasrah. Saat kepalanya menyentuh bantal, kembali lirik lagu Pulang tadi terngiang-ngiang di pikirannya. Bukan, ini bukan mengenai seorang kekasih. Tentu Gilang tidak mempunyai kekasih lain selain istri tercintanya. Tapi kata-kata mengenai pulang yang memenuhi benaknya. Ia dan istrinya sudah hampir sepuluh tahun menetap di Belanda. Bukan juga mereka tidak pernah pulang kampung sama sekali. Malah hampir setiap tahun, mereka selalu mengusahakan pulang ke Indonesia, melepas rindu pada keluarga dan tentunya pada kuliner Indonesia yang selalu menggoda. Tapi ini adalah mengenai pulang, pulang selamanya ke Indonesia, back for good. Pada awalnya Gilang menginjakkan kaki ke negeri kincir angin ini, tidak pernah ada rencana untuk menetap sekian lama di Belanda. Ia menanggap dirinya beruntung, begitu lulus sarjana langsung mendapatkan beasiswa studi S2 dari pemerintah Belanda, dari sekian banyak kandidat dari fakultasnya. Keberuntungan yang sama saat ia ditawari untuk melanjutkan S3 oleh profesor di bidang Energy and Environmental Sciences. Siapa yang tak menolak ditawari posisi sebagai kandidat PhD dengan funding yang juga tersedia. Sebuah proposisi yang menggiurkan. Waktu berlalu seperti terbang. Ia menikah, memiliki anak, dan mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang bergerak di bidang renewable energy, pekerjaan yang sejalan dengan bidang studinya dulu. * “Alah Gilang sih gak usah mikirin pulang, kan udah enak di sini.” Hardi menepuk-nepuk punggung Gilang. “Iya, kalau kayak kami-kami yang cuma mahasiswa S3 ini sudah ada batas waktu untuk pulang ke Indonesia, deadline-nya empat tahun. Apalagi kami sudah terikat kontrak jadi amtenar, abdi negara.” Anggar menimpali. Gilang hanya tersenyum masygul, sudah sering ia mendapat komentar senada mengenai hal tersebut dari kawan-kawan Indonesianya. Apalagi di ajang kumpul diaspora seperti ini, biasanya selalu ada kabar-kabar terhangat mengenai keadaan para perantau di tanah Belanda, atau diskusi panjang mengenai keadaan ibu pertiwi. Seperti kali ini, grup pengajian di Maastricht, kota tempat tinggal Gilang, sedang mengadakan silaturahmi bulanan. Tidak hanya mahasiswa saja yang berkumpul, tetapi juga pekerja sepertinya, sampai warga keturunan Indonesia-Belanda. Beberapa pertanyaan yang sering berseliweran saat mereka berkumpul adalah “Kapan pulang habis ke Indonesia?”, “Kapan kuliahmu selesai?”, “Habis kuliah lalu kamu mau lanjut ke mana?” Untuk Gilang pertanyaan mengenai kuliah dan setelah kuliah mau kemana sudah tak ia risaukan. Ia sudah menyelesaikan enam tahun studi S2 dan S3 di University of Groningen, di kota paling ujung utara Belanda. Setelah selesai studi pun tak berapa lama ia mendapatkan pekerjaan di kota Maastricht, kali ini letaknya di ujung selatan Belanda. Ia dan keluarganya pun hijrah ke sana. Hanya pertanyaan kapan pulang habis ke Indonesia yang masih misteri baginya. Meski setiap tahun pembahasan mengenai hal tersebut selalu hadir di perbincangan rumah tangganya bersama Fara. “Buat apa kau pulang, Lang? Tak kan sanggup pula kau menghadapi macet dan rumitnya ibu kota nanti. Di Indonesia mau cari kerja di mana kau nanti? Tak sangguplah perusahaan menggaji lulusan S2-S3 dari Belanda ini, dengan pengalaman kerja seperti kau.” Binsar Si Pemuda asal Medan berkata sejujur-jujurnya. Gilang terdiam. Ia sadar, menetap sepuluh tahun di Belanda, bukanlah waktu yang singkat. Ia sudah biasa dimanjakan oleh fasilitas nyaman Belanda, mulai dari transportasi, akomodasi, lingkungan kerja, fasilitas kesehatan, dan banyak lainnya. Memulai kembali hidup baru di Indonesia, mungkin di Jakarta, tempat semua industri menumpuk, pasti akan sangat sulit. Sedangkan saat ia pulang kampung saja setahun sekali saja, ia harus banyak bersabar hati menghadapi lalu lintas Jakarta yang semrawut. “Kau pikir negara itu peduli padamu, ha? Mana ada! Tak usahlah kau berpikir idealis ingin turut serta membangun bangsa segala. Kau bisa hidup berkecukupan di ibu kota saja sudah syukur. Mau pula kau susah-susah mewujudkan kata kontribusi, realistis sajalah.” Binsar melanjutkan berapi-api. Sepertinya watak Bataknya yang blak-blakan dan pengalaman merantaunya dari Medan hingga ke Jakarta sejak ia SMA membentuknya karakternya seperti itu. Ia sudah merasakan pahitnya bekerja dari titik nol di Jakarta. Sampai akhirnya ia menjadi PNS di salah satu badan negara. Namun wataknya yang keras dan jujur membuatnya tidak betah bekerja lama-lama di sana. Ia memutuskan untuk berhenti dan bekerja di perusahaan swasta sambil berbisnis. Ia bisa merantau jauh-jauh ke Belanda pun atas usahanya sendiri. Kuliah S2 yang dia ambil di Belanda pun disokong oleh tabungannya sendiri. Demi pengalaman yang tidak akan terbeli, katanya. “Kau pun tak punya hutang pula pada Indonesia, Lang. Beasiswa S2 dan S3-mu dari Belanda. Tak pula negaramu itu membiayai kuliahmu.” Mau tak mau hati kecil Gilang mengakui juga perkataan Binsar. Binsar tak asal bicara. Ia hanya mengungkapkan apa adanya. Tapi tetap saja ganjalan hatinya tak terselesaikan dengan komentar dari Binsar. * “Say, jadi kapan kita pulang?” Gilang membuka percakapan dengan istrinya malam itu. Fara memutar kedua bola matanya. Pembahasan ini selalu muncul dalam rumah tangga mereka, biasanya diskusi ini akan mulai menderas di penghujung tahun. Kalau pulang nanti Gilang akan kerja di mana? Fara akan kerja di mana? Mereka akan tinggal di mana? Damar, anak mereka yang berumur lima tahun akan sekolah di mana? Dan sebagainya. “Sudah jadi ngontak almamatermu belum, Mas? Atau perusahaan energi swasta yang di Jakarta itu?” Fara balik bertanya. “Masalahnya aku gak minat jadi dosen, Ra. Passionku ya jadi peneliti atau pekerja yang bergelut di bidang energi. Kata teman-temanku yang dosen, jadi dosen di Indonesia peluang untuk penelitian masih rendah. Apalagi untuk dosen baru, kebanyakan kerjaan ya tetek bengek dan administratif aja, paling ngajar beberapa mata kuliah.” Fara mengangguk, ia mengerti. Ia pun sempat mengambil pekerjaan sebagai dosen honorer di Bandung sambil menyambi kuliah S2, sebelum ia akhirnya melanjutkan S3 di Belanda, dan bertemu Gilang. Pekerjaan sebagai dosen memang menuntut kewajiban yang tinggi. Kalau tidak ada gairah di bidang tersebut, lebih baik tidak usah sama sekali, daripada sibuk kerja tapi makan hati. Mereka berdua sama-sama terdiam, seakan tahu ujung dari pembicaraan ini. Ini selalu menjadi percakapan akhir tahun yang tidak berkesimpulan. Besok-besoknya mereka berdua sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing dan akhirnya lupa akan diskusi ini. Gilang asyik bekerja di kantornya, begitupun Fara yang sibuk dengan kerja paruh waktunya sebagai postdoc researcher di universitas. Mereka berdua juga tetap membagi waktu untuk mengurus Damar yang sekarang makin aktif dan cerewet bertanya ini itu. “Tapi kita kan tidak akan selamanya jadi perantau di sini?” Gilang membuka pertanyaan lagi. “Ya enggaklah, Mas. Senikmat-nikmatnya tinggal di negara orang, tetap nyaman tinggal di tanah air.” “Eh, banyak lho yang sudah mapan di sini, ya akhirnya gak pulang. Ya itu, seperti kata kawan-kawan pas ngumpul tadi. Mau pulang ke Indonesia nanti jadi apa? Bisa-bisa jadi pengangguran.” “Ya itu kan pola pikir mereka, kita beda toh?” Fara mengangkat bahunya, “Berdoa saja, Mas, niat kita untuk di sini bukan untuk bersenang-senang lalu lupa tanah air yang membesarkan kita. Insya Allah, Allah juga tahu apa yang kita catat dalam hati. Hanya kita belum menemukan jalan terbaik untuk kembali.” “Iya, Say, Suatu saat kita akan pulang juga kok.. Insya Allah.” pembicaraan malam itu pun dianggap selesai. Gilang dan Fara hanya yakin, ia masih punya mimpi-mimpi untuk diwujudkan di Indonesia, hanya belum tahu kapan bisa akan terlaksana. * Pulang kampung yang bertepatan dengen momen lebaran adalah hal-hal yang ditunggu para perantau di Belanda. Bisa pulang kampung saja sudah bersyukur, apalagi jika bisa waktunya cocok dengan libur panjang di Belanda. Seperti kali ini, libur musim panas di Belanda sejalan dengan momen lebaran di Indonesia. Jadilah Gilang dan Fara mengambil cuti di saat-saat tersebut, apalagi Damar juga sedang libur sekolah. “Eh Ra, Pak Rino ngontak aku waktu tahu aku mau pulang ke Indonesia. Dia ingin aku ngisi kuliah tamu di almamaterku di Bandung dulu.” Gilang menunjukkan email Pak Rino pada istrinya. Pak Rino adalah dosen pembimbing Gilang sewaktu S1 dulu. Sejak Gilang merantau ke Belanda, Gilang masih menjalin silaturahmi dengan Pak Rino. Pak Rino termasuk salah satu dosen yang gencar memacu penelitian mahasiswa di kampus. Sewaktu Gilang melanjutkan kuliah ke Belanda, Pak Rino seringkali meminta update penelitian yang berkembang di Eropa, juga sebaliknya memberi kabar terbaru penelitian menarik yang ada di fakultas teknik industri. “Bagus dong, Mas! Bisa sharing sama mahasiswa dan dosen juga.” “Iya, katanya mau dibikin kayak mini simposium gitu. Momennya pas sama mahasiswa baru pada masuk kuliah.” “Wuidih asyik! Tuh katanya mau berkontribusi. Sudah dibukakan jalannya tu, Mas.” Fara menjentikkan jarinya. “Eh bagaimana kalau… jangan cuma di almamatermu aja, Mas. Kita kontak juga yuk dosen-dosen di beberapa universitas di Semarang, Surabaya, Jakarta. Sekalian tho kita mudik ke Semarang juga. Mungkin aku bisa ngontak dosenku di Semarang juga.” tiba-tiba Fara memberikan ide. Gilang terdiam. Saran Fara masuk akal juga. Selama ini tidak banyak yang menikmati hasil-hasil penelitiannya atau ide-ide proyek di kantornya, selain para akademisi dan praktisi di sekitaran Belanda. Tentu di Indonesia ilmu mengenai energi baru, energi terbarukan, dan dan sistem pembangunan yang berkelanjutan banyak peminatnya. Apalagi Belanda adalah salah satu negara di Eropa yang memiliki perkembangan energi terbarukan yang pesat. Renewable energy yang didukung dengan sustainable development adalah hal yang sangat diperhatikan di Belanda. Sebutlah salah satunya energi angin yang dimanfaatkan menggerakan turbin untuk menghasilkan energi listrik. Turbin-turbin raksasa yang terpancang tegak hampir dapat ditemui dengan mudah di daratan Belanda. Alis Gilang terangkat, seperti ada lecutan inspirasi berlompatan di kepalanya “Ide bagus sayang!” Jadilah momen pulang kampung mereka tahun itu tidak hanya diramaikan dengan acara silaturahmi dengan keluarga juga kesempatan menyantap kuliner Indonesia yang enak-enak. Namun diisi dengan rangkaian road show Gilang dan Fara ke beberapa kampus di Surabaya, Semarang, Jakarta, dan Bandung. Kuliah singkat yang Gilang mulai di Bandung ternyata juga disambut positif oleh universitas lainnya. Mereka dengan senang hati menerima tawaran Gilang untuk mengisi mini seminar mengenai inovasi-inovasi sumber energi terbarukan. Ya iya sih, gratis juga soalnya. Tapi untuk Gilang dan Fara hal itu tidak masalah. Untuk pertama kalinya Gilang merasa apa yang dia miliki dapat berguna dan dibagi untuk khalayak ramai. Ternyata tidak hanya kalangan akademisi dan mahasiswa saja yang tertarik dengan bahasan yang Gilang bawa. Di salah satu universitas di Jakarta, seminar Gilang ternyata diminati oleh para regulator dan pelaku bisnis yang juga haus ilmu untuk menggali dan memanfaatkan energi baru dan terbarukan Indonesia. Waktu berlalu seakan terbang, liburan sudah usai, saatnya mereka kembali ke Belanda, kembali ke kehidupan nyata. Bahkan Gilang tidak tahu manakah yang lebih nyata, kehidupannya di Indonesia, atau di Belanda. Tapi setidaknya, liburan kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. * Berulang kali Gilang membaca email yang baru saja ia terima dari salah seorang yang pelaku bisnis ternama. Ia ingat, ketika seminar di Jakarta, beliau datang dan menyalaminya seusai seminar. Beliau sangat mengapresiasi apa yang Gilang sampaikan. Ia tidak mengira apresiasi tersebut ternyata membekas sampai setelah dua bulan ia kembali ke Belanda. Yang Gilang masih tidak percaya adalah, Bapak tersebut sudah lama sekali ingin mendirikan start-up di bidang energi terbarukan. Ia memang sudah lama malang melintang bekerja di bidang energi, baik di swasta maupun pemerintah. Saat memasuki usia pensiun, beliau ingin mendirikan perusahaan mandiri, sebab dipikirnya akan lebih mudah mencanangkan segala seseuatunya. Biaya tak menjadi masalah, ia butuh sumber daya manusia yang paham bidang ini. Menurutnya Gilang adalah kandidat yang paling tepat. “Mungkin ini jawaban untuk pulangnya kita, Mas?” Fara tiba-tiba sudah muncul di belakang Gilang, ikut membaca email tersebut. “Kamu juga mikir gitu, Say?” Gilang menoleh. “Ya, kenapa tidak? Di Belanda bukan hanya perusahaan pemerintah saja yang bergerak di bidang energi terbarukan kan? Banyak start-up yang juga bermunculan. Aksi-aksi seperti itu justru yang membuat Belanda makin berkembang. Inovasi dari start-up ini juga mendukung pembangunan renewable energy dan sustainable development.” “Mungkin berat sih, tapi.. aku dan Damar siap mendukungmu selalu,” Fara tersenyum. Gilang tersenyum. Mewujudkan mimpi memang selalu dimulai dari langkah awal. Seperti langkah awalnya saat menjejak di negeri kincir angin ini. Tak mudah bertahan sampai sepuluh tahun lamanya. Selalu ada langkah-langkah kecil untuk mimpi yang besar. Groningen, 8 September 2017
Yalahkan berabe kalo aku bulan madu di rumah aja. Keluar kamar dalam kondisi biasa aja ditanya-tanya terus, apalagi kalo keluar kamar dalam kondisi 'habis' bulan madu. Bisa jadi bulan-bulanan bahan candaan dong entar. [baca juga : Finally, We Got Married] Sampai hotel, rutinitas kami juga monoton.
Mencari di ratusan situs wisata guna menemukan harga terbaik untuk AndaUrut berdasarkanHarga TerhematProperti diperingkatkan menggunakan data Tripadvisor eksklusif, termasuk peringkat wisatawan, konfirmasi ketersediaan dari mitra kami, harga, popularitas pemesanan, lokasi, dan preferensi pengguna WisatawanHotel berperingkat tertinggi di Tripadvisor didasarkan pada ulasan ke pusat kotaLihat properti terdekat dengan pusat kota terlebih dulu yang telah dikonfirmasikan ketersediaannya untuk tanggal yang dipilih dari mitra kamiMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 1 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 2 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 3 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 4 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 5 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 6 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 7 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 8 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 9 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 10 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 11 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 12 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 13 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 14 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 15 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 16 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 17 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 18 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 19 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 20 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 21 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 22 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 23 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 24 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 25 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 26 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 27 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 28 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 29 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinMasukkan tanggal untuk melihat hargaPaling Hemat No. 30 dari 43 di 10 Terbaik Hotel Bulan Madu Hua HinDestinasi populer untuk Hotel Bulan MaduJakarta, ibu kota Indonesia yang ramai, padat, dan kosmopolitan ini, adalah kota yang penuh keanekaragaman. Penduduknya mencapai jutaan orang dari seluruh dunia. Berbagai macam bahasa, budaya, dan tingkat sosial ekonomi berbaur di dalamnya. Kota ini dikenal sebagai salah satu kota yang memiliki suasana malam terbaik di Asia dan kemacetan terparah. Setiap hari libur, warga setempat biasanya akan melarikan diri sejenak dari polusi dan kemacetan untuk menikmati beragam hiburan di Taman Impian Ancol, tempat wisata yang dilengkapi waterpark, pantai, lapangan golf, dan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia, namun terletak cukup dekat ke Jakarta dan memiliki cuaca yang lebih sejuk. Bandung menyajikan banyak arsitektur Kolonial Belanda serta taman botani yang indah, kebun binatang, lapangan golf, dan berbagai macam pilihan memiliki arsitektur mengagumkan dan suasana spiritual yang terasa kuat. Kuil Hindu kuno Prambanan terlihat seperti kastil pasir yang dipahat dengan tangan, sedangkan istana Sultan menyerupai kotak musik keemasan berisi perhiasan. Terkenal akan kesenian dan hasil kerajinan tangannya, Yogyakarta merupakan pusat kebudayaan yang menjadi urat nadi seni wayang tradisional dan sama indahnya seperti foto di kartu pos, sebuah surga di Indonesia yang terasa seperti negeri khayalan. Nikmati waktu mandi matahari di atas hamparan pasir putih halus, atau bercengkeramalah dengan makhluk hidup tropis saat Anda menyelam di sepanjang terumbu karang maupun bangkai kapal perang PD II yang memikat. Di pantai, hutan yang rimbun menaungi candi dan kera liar. Sebagai “pusat seniâ€, Ubud merupakan tempat sempurna untuk melihat pertunjukan tari budaya, belajar membuat batik atau mengolah perak, maupun menyegarkan jiwa dan raga Anda dengan mengikuti kursus Ubud adalah tempat ideal untuk mencoba pijat khas Bali yang terkenal dan menyelami suasana salah satu destinasi spa terpopuler di Asia ini. Akupresur, refleksologi, peregangan, dan aromaterapi merupakan sejumlah perawatan pijat tradisional yang banyak ditawarkan di pulau ini. Ubud juga menjadi pusat kesenian Bali yang selalu ramai dan tempat bagi berbagai museum serta galeri seni kecil yang luar biasa. Cagar Alam Hutan Kera di dekat desa ini adalah habitat bagi ratusan kera macaque berekor panjang yang nakal. Jangan lewatkan juga kompleks candi di Gunung berada di belahan lain dunia, Lombok pasti akan masuk dalam daftar tempat yang wajib dikunjungi semua orang. Namun, karena tempat ini berada di sebelah timur Bali, hanya sedikit wisatawan yang pernah mendengar tentang teluk tersembunyi, pantai berwarna krem yang luas, dan air terjun yang menerjang rimbunnya dedaunan. Tak masalah bagi kami, karena itu artinya tempat ini tidak begitu ramai. Anda dapat melihat kera liar di pepohonan Baun Pusak atau mengapung bersama penyu hijau dan penyu sisik di sekitar Gili Meno tanpa perlu merasa dibatasi. Pulau di Indonesia ini memiliki gunung tinggi yang tidak dapat ditandingi Bali Gunung Rinjani, yakni gunung berapi aktif dengan danau besar di kalderanya. Bila mendaki di pagi hari, Anda dapat melihat matahari terbit di atas Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5º50'- 7º50' Lintang Selatan dan 104º 48'- 108º 48' Bujur Timur, dengan luas wilayah daratan hektar. Wilayah Jawa Barat adalah lokasi yang tepat untuk Anda melakukan beragam jenis wisata, baik itu wisata alam Kawah Putih, Kebun Raya Bogor, Green Canyon, belanja di FO di Bandung dan rekreasi Taman Bunga Nusantara, Museum Asia Afrika, Trans Studio Bandung, Istana Bogor, dll, jajanan kuliner yang enak di kota Bandung maupun kota lainnya, atau wisata budaya. Dengan beragam objek wisata yang dimilikinya, Jawa Barat siap memanjakan siapapun yang tertarik untuk datang berkunjung ke Jawa Tengah adalah salah satu provinsi di Pulau Jawa yang lokasinya berada di tengah pulau. Provinsi yang menyimpan banyak sejarah ini mempunyai berbagai obyek wisata yang menawan. Misalnya yang paling terkenal adalah Candi Borobudur di Magelang, dan beberapa candi, museum, keraton dan masih banyak secara geografis lokasinya terletak di Jawa Tengah, di mana terdapat Candi Borobudur, monumen Buddha terbesar di negeri ini. Juga di Magelang Anda dapat menikmati wisata rafting, dan menikmati budaya Jawa yang JawabBeberapa hotel untuk bulan madu yang lebih populer di dekat Carlo Collection antara lainhotel untuk bulan madu populer di Hua Hin yang memiliki kolam renang antara lainBeberapa hotel untuk bulan madu terbaik di Hua Hin adalahTersedia pusat kebugaran untuk tamu di hotel untuk bulan madu berikut ini di Hua HinTamu dapat menikmati balkon pribadi di hotel untuk bulan madu berikut ini di Hua Hinhotel untuk bulan madu berikut ini di Hua Hin memiliki pemandangan indah dan sangat disukai wisatawanKeluarga yang berwisata di Hua Hin menikmati pengalaman menginap di hotel untuk bulan madu berikut inihotel untuk bulan madu berikut ini di Hua Hin biasanya membolehkan hewan peliharaan Sebelum menginap, sebaiknya hubungi terlebih dulu dan konfirmasikan kebijakan tertentu tentang hewan bar kolam renang di hotel untuk bulan madu berikut ini di Hua HinAnda dapat menikmati sarapan gratis di hotel untuk bulan madu berikut ini di Hua Hin
Diapernah menjadi guru SMA dan STM di Malang tahun 1973-1975, dosen bahasa Indonesia di Universitas Jayabaya tahun 1983-1986, dan hingga kini dosen di Sekolah Tinggi llmu Ekonomi Perbanas Jakarta sejak tahun 1983 dan Universitas Pancasila sejak tahun 1984, serta dosen pascasarjana di IKIP Jakarta sejak 1997.